Wednesday, November 25, 2015

Kakek Penjual Singkong

Setiap saya pergi mengantar anak-anak sekolah.

Itu adalah rutinitas setiap pagi yang saya lakukan. Supaya saya bisa dekat dengan anak-anak.

Saya sering bertemu dengan kakek penjual singkong ini.

Ada rasa sedih sekaligus terharu.

Beliau yang usianya tidk muda, dengan berjalan memakai alat bantu, mendengarpun memakai alat bantu, penglihatannya juga berkurang.

Pagi ini saya bertemu lagi beliau.
Kulihat dia berdiri sambil memegang tongkat untuk alat bantu berjalan.

Kuhampiri kakek itu. Kulihat tangannya gemetaran.

" Kakek..singkongnya berapa? "Tanyaku pada kakek tersebut yang entah kakek siapa namanya

"Apa? " Kata kakek tersebut

"Singkongnya berapa? "Kataku mengulang
" sepuluh ribu neng ."

" Saya beli 3 ya kek."

Kuberikan satu lembar uang 50rb-an

Sambil gemetaran kakek tersebut menerimanya. Dan dia mau memberikan kembalian dengan tangan gemetaran juga.

Kakek ambil saja kembaliannya sama kakek.

"Kakek...maaf..sudah sarapan belum? "

"Belum neng ."

Ngenes dan sedih rasanya hatiku. Aku balikkan badanku sambil ambil makanan yang saya simpan dikendaraan.

"Ini ada makanan buat kakek sarapan." Kataku sambil menyodorkan makanan tersebut

Dengan wajah sumringah kakek tersebut mengambil bungkusan nasi yang tadi pagi baru kami beli.

Dengan menengadahkan tangannya sambil berdoa.

Entah doa apa yang beliau panjatkan.

Kakek saya permisi dulu ya. " kataku pada kakek
Ya neng.. jawabnya

Sambil berlalu, saya tak mampu menahan air mata yang sudah saya tahan dari tadi, saya tak mampu membendung rasa sedih, terharu melihat perjuangannya.

Kakek semoga sehat selalu ya..
Walau usianya sudah tidak muda lagi.

Perjuangannya untuk mencari nafkah buat keluarganya. Saya salut dengan kakek ini.

Semoga perjuangan kakek, dicatat sebagai amal sholeh dan memperberat timbangan di yaumil akhir nanti.

Salam santun dan sayang buat kakek

Catatan perjalanan umi

Bandung
Tanggal 1 november 2015


No comments:

Post a Comment